Redha Itu Berserah
Melupakan seseorang yang telah banyak memberikan kenangan memang terlalu sukar untuk dilakukan. Tetapi jika itu adalah yang terbaik, ikhlaskanlah, relakanlah. Bicara
tentang formula redha, diri sendiri seakan tergagap untuk berbicara tentangnya,
sedang diri sendiri masih bersoal jawab dengan hati sendiri. Apakah diri ini sendiri sudah benar-benar redha atas ketentuan Ilahi? Hanya hati sendiri ada jawapannya, Redha? Apa yang kita faham tentang redha. Redha apa bila kita tidak lagi bertanya
kenapa. Jujur memang bibir mudah melafaz redha. aku redha.Tapi hakikat hati sendiri yang tahu. Redha itu payah nak dapat. Mungkin kita mula belajar untuk redha, tapi dalam tempoh belajar untuk redha
itu pasti ada ujian untuk melihat keteguhan iman kita pada Allah. Kita manusia biasa, bukan kita tak pernah berusaha untuk redha namun
hakikat untuk mendidik hati sendiri itu jauh lebih payah dari mendidik hati
orang lain, kadang ego kononnya aku redha. Tapi bila datang lagi ujian mengeluh lagi, Ya Allah kenapa aku.
Tapi
tak semudah tu. Setiap kali ujian melanda, cuba positive, ada hikmah ini,
jangan biarkan kesedihan tu menutupi segalanya. Sampai tak nampak hikmah dan
nikmat yang lain. Menangis itu tak salah sedih itu tak salah. Tapi satu aje, percaya pada Allah. Percaya dengan kasih sayang Allah. Senyum. Alhamdulillah, kata orang alah bisa tegal biasa, bila terbiasa dengan ujian
Allah lama-lama terbiasa ditarbiah. Lama-lama kita akan semakin
positive. Sesukar mana pun ujian itu, kita akan nampak hikmahnya. Indah bila hati
benar-benar redha. benar -benar ikhlas. Bila sapa ujian biar masih mengukir senyum walau dimata terlihat sayu, walau
bibirnya pucat tak berdarah, namun senyuman ikhlas itu mengindah segalanya.
1 comment
Allah sentiasa peluk erat,
Maga bahagia dengan rimbun kasihNya..
Post a Comment